BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Genetika
adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat pada makhluk hidup. Ilmu genetika
ini sangat menarik, karena di samping orang ingin mengetahui segala ihwal
mengenai keturunan, orang ingin mengetahui pula rahasia dirinya sendiri.
Seperti
yang kita ketahui, bapak genetika adalah Gregor Mendel yang berkat jasanya
diketahui beberapa hukum pewarisan sifat yang dikenal dengan Hukum Mendel.
Dalam hukum-hukum Mendel, telah diketahui beberapa rumusan untuk mengetahui
sifat-sifat keturunannya. Namun ternyata, hukum Mendel ini tidak selalu menjadi
patokan utama dalam hukum pewarisan sifat. Sebab terdapat pewarisan sifat yang
sifat keturunannya mengalami penyimpangan dari hukum Mendel dalam rumusan
fenotipe. Penyimpangan ini terjadi dalam pewarisan gen letal. Gen letal inilah
yang akan kelompok kami bahas dalam makalah ini.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian
gen letal
2.
Untuk mengetahui macam-macam
gen letal
3.
Untuk mengetahui cara
mendeteksi dan mengeliminir gen-gen letal.
BAB II
PEMBAHASAN
GEN LETAL
A. Pengertian Gen Letal
Gen letal (gen kematian) adalah gen
yang dalam keadaan homozigotik atau homozigot menyebabkan kematian pada
individu.
Berhubungan dengan itu hadirnya gen
letal pada suatu individu menyebabkan perbandingan fenotip dalam keturunan
menyimpang dari hukum Mendel.
Namun ada batas penyimpangannya dari
keadaan normal dimana suatu makhluk hidup tidak mampu hidup. Kematian dari
makhluk hidup dapat terjadi pada tingkat perkembangan apapun mulai dari segera
setelah pembuahan, selama proses embrionik, saat kelahiran atau setelah
kelahiran.
Kematian dapat disebabkan oleh
berbagai hal seperti luka, penyakit, kekurangan gizi, dan radiasi yang
membahayakan seperti sinar X dan sinar Gamma. Dapat dikatakan semua penyebab
kematian ini sebagai letal effect. Satu diantara demikian banyak penyebab
kematian adalah perubahan gen yang tidak sesuai. Gen-gen ini dikenal sebagai
gen-gen letal. Terdapat gen-gen lain yang disebut semiletal atau subletal,
menyebabkan kematian muda setelah lahir atau sewaktu-waktu dalam masa
kehidupannya. Ada juga gen lain yang tidak menyebabkan kematian namun jelas
sekali dapat menurunkan daya hidup atau ketegaran. Gen-gen ini disebut sebagai
gen-gen nonletal atau detrimental.
Penyebab Letal:
a. Gen-gen letal
b. Mutasi stuktur kromosom dan genom
c. Mutasi aneuploid
Terdapat dua
macam gen letal, yakni gen letal dominan dan gen letal resesif. Gen letal
dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau kelainan
fenotipe, sedang gen letal resesif cenderung menghasilkan fenotipe normal pada
keadaan homozigot dominan dan heterozigot.
B. Macam-macam
Gen Letal
1.
Gen Letal Dominan
Gen letal dominan menyebabkan kematian
pada keadaan homozigot dominan. Pada keadaan heterozigot biasanya penderita
hanya mengalami kelainan.
Beberapa contoh dapat dikemukakan disini:
1. Pada ayam
dikenal gen dominan C yang bila homozigotik akan bersifat letal dan menyebabkan
kematian. Alelnya resesip c mengatur pertumbuhan tulang normal. Ayam
heterozigot Cc dapat hidup, tetapi memperlihatkan cacat yaitu memiliki kaki
pendek. Ayam demikian disebut ayam redep (Creeper). Meskipun ayam
ini nampak biasa, tetapi ia sesungguhnya menderita penyakit keturunan yang
disebut achondroplasia. Ayam homozigot CC tidak pernah dikenal, sebab
sudah mati waktu embryo. Banyak kelainan terdapat padanya, sepeti kepala rusak,
rangka tidak mengalami penulangan, mata kecil dan rusak. Perkawinan antara dua
ayam redep meghasilkan keturunan dengan perbandingan 2 ayam redep:1 ayam
normal. Ayam redep Cc itu sebenarnya berasal dari ayam normal (homozigot cc),
tetapi salah satu gen resesip c mengalami mutasi gen (perubahan gen) dan
berubah menjadi gen dominan C.
P
betina Cc
x jantan Cc
Redep
redep
Jantan
Betina
|
C
|
c
|
C
|
CC
mati
|
Cc
redep
|
C
|
Cc
redep
|
Cc
normal
|
F1
2. Pada manusia
dikenal Brakhifalangi, adalah keadaan bahwa orang yang berjari pendek dan tumbuh
menjadi satu. Cacat ini disebabkan oleh gen dominan B dan merupakan cacat
keturunan. Penderita Brakhifalangi adalah heterozigot Bb, sedang orang berjari
normal adalah homozigot bb. Gen dominan gomozigotik (BB) akan memperlihatkan
sifat letal. Jika ada dua orang brakhifalangi kawin, maka anak-anaknya
kemungkinan memperlihatkan perbandingan 2 Brakhifalangi: 1 Normal.
P
betina Bb
x jantan Bb
Brakhifalangi
Brakhifalangi
Jantan
betina
|
B
|
b
|
B
|
BB
Letal
|
Bb
Brakhifalangi
|
B
|
Bb
Brakhifalangi
|
Bb
normal
|
F1
3. Pada tikus
dikenal gen letal dominan Y (Yellow) yang dalam keadaan heterozigotik
menyebabkan kulit tikus berpigmen kuning. Tikus homozigot YY tidak dikenal, sebab
letal. Tikus homozigot yy normal dan berpigmen kelabu. Perkawinan 2 tikus
kuning akan menghasilkan anak dengan perbandingan 2 tikus kuning:1 tikus kelabu
(normal). Dari ketiga contoh dimuka dapat diketahui bahwa gen dominan letal
baru akan nampak pengaruhnya letal apabila homozigotik. Dalam keadaan
heterozigotik gen dominan letal itu tidak mengakibatkan kematian, namun
biasanya menimbulkan cacat.
P
betina Yy
x jantan Yy
Kuning
kuning
Jantan
betina
|
Y
|
Y
|
Y
|
YY
Letal
|
Yy
kuning
|
Y
|
Yy
kuning
|
Yy
kelabu
|
F1
4.
Pada manusia juga dikenal penyakit “Huntington’s chorea” yang untuk pertama
kali dikemukakan oleh Waters dalam tahun 1848, kemudian oleh Lyon dalam tahun
1863. Perkataan Latin “chorea” berarti tarian, karena pasien memperlihatkan
gerakan “tarian” yang abnormal, yaitu berupa gerakan memutar, merangkak,
kejang-kejang dan seringkali membuang barang yang dipegangnya tanpa disadari.
Sistem saraf pusat menjadi buruk dan rusaknya sel-sel otak menyebabkan depresi
dan tak jarang pasien melakukan bunuh diri. Dalam tahun 1872 George Huntington
membawakan makalah mengenai penyakit ini. Sekarang penyakit ini lebih dikenal
dengan nama “Huntington’s Disease” atau disingkat HD (penyakit Huntington).
Berdasarkan atas pengalaman saja, Huntington tidak
mengetahui bahwa penyakit ini tidak terdapat pada kanak-kanak. Ia mengira bahwa
ini merupakan penyakit orang dewasa saja. Tetapi data statistik kini
menunjukkan bahwa HD kebanyakan memang terdapat pada orang berusia 25-55 tahun,
kira-kira 2% pada usia di bawah 12 tahun dan 5% pada usia di atas 60 tahun.
Tanda-tanda pertama dari HD umumnya tampak pada usia antara 30-45 tahun.
Huntington juga mengatakan bahwa HD lebih sering terdapat pada orang laki-laki.
Pendapat ini dibenarkan pula oleh laporan Brackenridge dalam tahun 1971. Tetapi
apakah benar bahwa penyakit ini dipengaruhi oleh seks, sampai sekarang masih
belum jelas. Studi pada anak kembar satu telur yang menderita HD menunjukkan
bahwa penyakit yang diderita oleh dua anak itu tidak sama berat. Berarti bahwa
parahnya penyakit ini tergantung dari kerusakan yang terdapat pada sel-sel
otak.
Ada dua dugaan bahwa penyakit ini masuk ke Amerika
Serikat dalam tahun 1630 melalui dua kakak beradik laki-laki yang sakit HD dan
berpindah tempat tinggal dari desa kecil Bures di Inggris ke Boston, USA. Kini
penyakit keturunan ini terkenal di seluruh dunia. Menurut laporan WHO (World
Health Organization) penyakit ini paling sedikit terdapat di Jepang.
Penyakit Huntington ini disebabkan oleh gen dominan
letal H. orang bergenotip homozigotik HH mula-mula tampak normal, tetapi
umumnya mulai usia 25 tahun memperlihatkan tanda-tanda penyakit itu. Karena ada
kerusakan pada sel-sel otak, maka fisik dan mental orang ini cepat memburuk dan
berakhir dengan kematian. Orang yang heterozigotik Hh juga sakit tetapi tidak
parah, sedangkan orang yang bergenotip homozigotik hh adalah normal.
2.
Gen Letal Resesif
Pada gen letal resesif, individu
akan mati jika mempunyai gen homozigot resesif. Pada keadaan heterozigot,
individu normal tapi membawa gen letal.
Beberapa contoh dapat dikemukakan disini:
1. Pada jagung
(Zea mays) dikenal gen dominan G yang bila homozigotik menyebabkan
tanaman dapat membentuk klorofil (zat hijau daun) secara normal, sehingga daun
berwarna hijau benar. Alelnya resesip g bila homozigotik (gg) akan
memperlihatkan pengaruhnya letal, sebab klorofil tidak akan berbentuk sama
sekali pada daun lembaga, sehingga kecambah akan segera mati. Tanaman
heterozigot Gg akan mempunyai daun hijau kekuningan, tetapi dapat hidup terus
sampai menghasilkan buah dan biji, jadi tergolong normal. Jika 2 tanaman yang daunnya
hijau kekuningan dikawinkan maka keturunannya akan memperlihatkan perbandingan
1 berdaun hijau normal: 2 berdaun hijau kekuningan.
P
betina Gg
x jantan Gg
normal
normal
Jantan
Betina
|
G
|
g
|
G
|
GG
normal
|
Gg
normal
|
G
|
Gg
normal
|
gg
letal
|
F1
2. Pada manusia
dikenal gen letal resesip I yang bila homozigotik akan memperlihatkan pengaruhnya
letal, yaitu timbulnya penyakit Ichytosis congenita. Kulit menjadi
kering dan bertanduk. Pada permukaan tubuh terdapat bendar-bendar berdarah. Biasanya
bayi telah mati dalam kandungan.
P
betina Ii
x jantan Ii
normal
normal
F1
Jantan
Betina
|
I
|
I
|
I
|
II
normal
|
Ii
normal
|
I
|
Ii
normal
|
Ii
letal
|
3.
Anemia sel sabit (sickle
cell) yaitu sel darah merah penderita (manusia) berbentuk seperti sabit.
Sel darah merah ini kemampuan mengikat O2 sangat rendah. Pada
individu homozigotik resesip (ss) pertumbuhannya terhambat, jika mengalami
infeksi dan peradangan dapat mengakibatkan kerusakan darah, bahkan dapat
mengakibatkan kematian pada masa bayi atau anak-anak.
4.
Pada sapi dikenal gen resesip am, yang bila homozigotik (amam) akan memperlihatkan pengaruhnya
letal. Anak sapi yang lahir, tidak mempunyai kaki sama sekali. Walaupun anak
sapi ini hidup, tetapi karena cacatnya amat berat, maka kejadian ini tergolong
sebagai letal. Sapi homozigot dominan AmAm dan heterozigot Amam adalah nomal.
Cara menurunya gen letal resesip ini sama seperti pada contoh dimuka. Andaikan
ada sapi jantan heterozigot Amam kawin dengan sapi betina homozigot dominan
AmAm, maka anak-anaknya akan terdiri dari sapi homozigot AmAm dan heterozigot
Amam, dikemudian hari anak-anak sapi ini dibiarkan kawin secara acakan
(random). Bagaimana kemungkinan sapi-sapi F2?
P
betina AmAm
x jantan Amam
normal
normal
G Am
Am, am
Jantan
Betina
|
Am
|
am
|
Am
|
AmAm
normal
|
Amam
normal
|
F1
Macam perkawinan
|
Banyaknya perkawinan
|
F2
|
||
AmAm
|
Amam
|
amam
|
||
Jantan
AmAm x betina AmAm
Jantan
AmAm x betina Amam
Jantan
Amam x betina AmAm
Jantan
Amam x betina Amam
|
1/4
1/2
1/2
1/4
jumlah
|
1/4 = 4/16
1/4=4/16
1/4= 4/16
1/16
|
-
1/4=4/16
1/4=4/16
1/8 = 2/16
|
-
-
-
1/16
|
9/16
|
6/16
|
1/16
letal
|
Karena sapi F1 terdiri dari 2 macam
genotip, yaitu AmAm dan Amam, maka ada 4 kemungkinan perkawinan, ialah:
·
1
kemungkinan AmAm X AmAm, jantan betina bolak-balik
·
1
kemungkinan betina AmAm X jantan Amam
·
1
kemungkinan jantan AmAm X betina Amam
·
1
kemungkinan Amam X Amam, jantan betina bolak-balik.
Oleh Karena sapi homozigot resesip amam letal, maka
sapi-sapi F2 akan memperlihatkan perbandingan genotip 9 AmAm : 6 Amam. Dari
berbagai keterangan di muka dapat diambil kesimpulan bahwa hadirnya gen letal
menyebabkan keturunan menyimpang dari hukum mendel, sebab perkawinan monohibrid
tidak menunjukan perbandingan 3:1 dalam keturunan, melainkan 2:1.
C. Mendeteksi dan
Mengeliminir Gen-Gen Letal
Dari keterangan di muka dapat
diketahui, bahwa gen letal dominan dalam keadaan heterozigotik akan
memperlihatkan sifat cacat, tetapi gen letal resesip tidak demikian halnya.
Berhubung dengan itu lebih mudah kiranya untuk mendeteksi hadirnya gen letal
dominan pada satu individu daripada gen letal resesip.
Gen-gen letal dapat dihilangkan
(dieliminir) dengan jalan mengadakan perkawinan berulang kali pada individu
yang menderita cacat akibat adanya gen letal. Tentu saja hal ini mudah dapat
dilakukan pada hewan dan tumbuh-tumbuhan tetapi tidak pada manusia.
Karena gen letal selalu dalam
keadaan homozigot maka jelas perkawinan hanya bisa terjadi hanya pada individu
hetero dengan individu hetero yang bisa menurunkan keturunan yang bersifat letal.
Dari perkawinan hetero yang memunculkan keturunan letal itu dipastikan yang letal
25% sisanya individu yang hidup dengan rincian yang normal sejati 25% dan yang
hetero Carier 50%. Jadi yang hidup 1/3 normal sejati dan 2/3 hetero pembawa letal.
Jadi letal selalu didapat dari jika
induknya heterozigot, jika keduanya tidak
heterozigot tidak bakal terjadi letal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gen letal (gen kematian) adalah gen
yang dalam keadaan homozigotik atau homozigot menyebabkan matinya individu.
Penyebab Letal:
a. Gen-gen letal
b. Mutasi stuktur kromosom dan genom
c. Mutasi aneuploid
Gen letal
terbagi atas:
a. Gen letal dominan; gen letal dominan menyebabkan
kematian pada keadaan homozigot dominan. Pada keadaan heterozigot biasanya
penderita hanya mengalami kelainan.
b. Gen letal resesif; pada gen letal resesif, individu
akan mati jika mempunyai gen
homozigot resesif. Pada keadaan heterozigot, individu
normal tapi membawa gen letal.
Gen-gen letal dapat dihilangkan (dieliminir) dengan
jalan mengadakan perkawinan berulang kali pada individu yang menderita cacat
akibat adanya gen letal.
No comments:
Post a Comment