BAB
I
PENDAHULUAN
Persilangan
dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan
ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang
terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan
dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Kenyataannya,
seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan. Masalah
penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti. Peneliti
yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel. Pada
tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar
hereditas. Dari penelitiannya, menghasilkan hukum Mendel I dan hukum Mendel II.
Mendel
melakukan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda,
misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga merupakan
bukti berlakunya hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen secara bebas saat
pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang lain juga memiliki
perbandingan fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Berdasarkan
penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak adanya hubungan
antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip beserta
perbandingannya. Persilangan dihibrid yang menghasilkan keturunan dengan
perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti berlakunya
Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas (The Law
Independent Assortment of Genes). Dengan mengikuti secara saksama hasil
percobaan Mendel, maka secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa gen itu
diwariskan dari induk atau orang tua kepada keturunannya melalui gamet.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PERKAWINAN
DIHIBRID
Pada
berbagai contoh sebelumnya hanya diperhatikan satu sifat beda saja, karena itu
individu F1 disebut monohibrid. Tetapi dalam praktek dua individu dapat
mempunyai sifat beda lebih dari satu, misalnya beda mengenai warna dan beda
mengenai bentuk. Hasil persilangannya (F1) dinamakan dihibrid.
Contohnya
dapat diikuti pada hasil percobaan Mendel dengan tanaman ercis. Pada bijinya
terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk biji dan warna biji. Kedua sifat
beda ini ditentukan oleh gen-gen yang berbeda yaitu sebagai berikut :
B
= gen untuk biji bulat
b
= gen untuk biji keriput
K
= gen untuk biji kuning
k
= gen untuk biji hijau
Jadi
bentuk bulat dan warna kuning adalah dominan
Jadi
tanaman ercis berbiji bulat-kuning homozigotik (BBKK) disilangkan degan tanaman
ercis berbiji keriput-hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat-kuning.
Apabila tanam-tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka tanaman ini akan
membentuk 4 macam gamet baik jantan maupun betina, masing-masing dengan
kombinasi BK, Bk, bK dan bk. Akibatnya dalam F2 diharapkan 4x4 = 16 kombinasi,
yang terdiri atas 4 macam fenotip, yaitu tanaman berbiji bulat-kuning (9/16
bagian), berbiji bulat-hijau (3/16 bagian), berbiji keriput-kuning (3/16
bagian), dan berbiji keriput-hijau (1/16). Dua diantara keempat fenotip itu
serupa dengan induknya semula, yaitu yang berbiji bulat-kuning dan yang berbiji
keriput-hijau. Sedang dua fenotip lainnya merupakan hasil baru, yaitu yang
berbiji bulat hijau dan yang berbiji keriput kuning.
Data
sebenarnya yang didapatkan Mendel pada percobaannya ialah :
315 tanaman berbiji bulat-kuning (BBKK,
BBKk, BbKK, BbKk)
108 tanaman berbiji bulat-hijau (BBkk,
Bbkk)
101 tanaman berbiji keriput-kuning
(bbKK, bbKk)
32 tanaman berbiji keriput-hijau (bbkk)
Angka-angka
tersebut di atas menunjukkan suatu perbandingan yang mendekati 9:3:3:1.
P ♂ BBKK ♀ bbkk
Bulat-kuning keriput-hijau
F1 BbKk
Bulat-kuning
F2 9/16 bulat-kuning 3/16 bulat hijau 3/16 keriput-kuning 1/16 keriput hijau
BBKK BBkk bbKK bbkk
BBKk Bbkk bbKk
BbKK
BbKk
Jika diperhatikan
dominansinya misalnya mengenai bentuk bijinya, maka didapatkan 76,08 % bulat
(315 + 108) dan 23,92% keriput (101 + 32). Ini menunjukkan perbandingan yang
mendekati 3:1. Begitu pula mengenai warna bijinya didapatkan74,82% kuning (315
: 101) dan 25,18% hijau (108 + 32). Apabila hasil mengenai dua sifat beda itu
dikalikan akan diperoleh perbandingan 9:3:3:1, yaitu sebagai berikut :
(3/4 bulat
+ ¼ keriput)
X
|
9/16
bulat-kuning + 3/16 bulat-hijau +
3/16
keriput-kuning + 1/16 keriput-hijau
Dapat
diambil kesimpulan bahwa hasil persilangan dihibrid = hasil persilangan
monohibrid 1 x hasil persilangan monohibrid II.
Hasil
persilangan dihibrid tersebut dapat pula
ditunjukkan dengan suatu diagram persilangan.(Gambar 1-16)
P ♀ BBKK x ♂ bbkk
Bulat-kuning
keriput-hijau
G BK bk
F1 BbKk
Bulat-kuning
Macam gamet yang dibentuk
♂ : BK, Bk, bK, bk
♀ : BK, Bk, bK, bk
F2
Gambar
1-16
Sumber
: http://dc436.4shared.com/doc/E0eTu3oN/preview.html
Berdasarkan
data hasil percobaannya itu Mendel menyusun hukumnya ke II. Hukum Mendel ke II
disebut hukum pengelompokkan gen secara bebas (dalam bahasa Inggris : “The Law
of Independent Assortment of Genes”).
Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen dari sepasang alel memisah secara bebas
ketika berlangsung pembelahan reduksi (meiosis) pada waktu pembentukan gamet-gamet.
Oleh karena itu pada contoh dihibrid itu terjadilah 4 macam pengelompokan dari
dua pasang gen, yaitu :
1) Gen
B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK
2) Gen
B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk
3) Gen
b mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet bK
4)
Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat
dalam gamet b
B.
SEMIDOMINANSI
DALAM DIHIBRID
Sebelumnya
telah diketahui bahwa apabila dominansi nampak penuh, maka perkawinan dihibrid
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 9:3:3:1. Juga telah
diketahui bahwa hasil perkawinan dihibrid = hasil perkawinan monohibrid I x
hasil perkawinan monohibrid II. Pada semidominansi (artinya dominasi tidak
tampak penuh, sehingga ada sifat intermediet) maka hasil perkawinan monohibrid
menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1. Tentunya mudah dimengerti
bahwa pada semidominansi, perkawinan dihibrid akan mengahasilkan keturunan
dengan perbandingan 1:2:1 x 1:2:1 = 1:2:1:2:4:2:1:2:1. Bukti akan kebenaran ini
akan diperhatikan pada persilangan tanaman bunga pukul empat.(Gambar 1-17)
Tanaman
bunga pukul empat ada yang berdaun lebar (genotip LL) dan ada yang berdaun
sempit (genotip ll), sedangkan yang berdaun sedang bersifat heterozigotik (Ll).
Bunganya ada yang berwarna merah (genotip MM), ada yang putih (mm), dan ada
yang merah jambu (Mm). Jika tanaman berdaun sempit bunga putih disilangkan dengan
tanaman homozigot berdaun lebar bunga merah, maka tanaman F1 bersifat
intermedier berdaun sedang dan berbunga merah jambu. Tanaman-tanaman F2 akan
memperlihatkan 16 kombinasi dengan perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1.
P ♀ LLMM x ♂ llmm
Lebar-merah sempit –putih
G LM lm
F1 LlMm
Sedang-merah jambu
(intermedier)
F2
♀ ♂
|
LM
|
Lm
|
lM
|
lm
|
LM
|
1 LLMM
|
2
LLMm
|
3
LlMM
|
4
LlMm
|
Lm
|
5
LlMm
|
6
LLmm
|
7
LlMm
|
8
Llmm
|
lM
|
9
LlMM
|
10
LlMm
|
11
llMM
|
12
llMm
|
lm
|
13
LlMm
|
14
Llmm
|
15
llMm
|
16
llmm
|
Fenotip
|
Genotip
|
Perbandingan
|
|
Genotip
|
Fenotip
|
||
Lebar-merah
Lebar-merah jambu
Lebar-putih
Sedang-merah
Sedang-merah jambu
Sedang-putih
Sempit-merah
Sempit-merah jambu
Sempit putih
|
LLMM
LLMm
LLmm
LlMM
LlMm
Llmm
llMM
llMm
llmm
|
1
2
1
2
4
2
1
2
1
|
1
2
1
2
4
2
1
2
1
|
Gambar 1-17
C.
PERKAWINAN
DIHIBRID PADA HEWAN
Pada marmot misalnya, rambut hitam
ditentukan oleh gen H yang dominant terhadap rambut putih ditentukan oleh gen
h. Rambut kasar ditentukan oleh gen K yang dominant terhadap rambut halus
ditentukan oleh gen k. Cara penurunan gen-gen tersebut sama dengan contoh pada
tanaman, sehingga dalam F2 didapatkan perbandingan 9 hitam kasar : 3 hitam
halus : 3 putih kasar : 1 putih halus.
D.
PERKAWINAN DIHIBRID PADA MANUSIA
Misalnya sifat kidal adalah resesif
ditentukan oleh gen kd. Sifat normal adalah dominan ( ditentukan oleh gen Kd ),
rambut keriting adalah dominan ditentukan oleh gen Kr terhadap rambut lurus
atau normal yang ditentukan oleh gen
resesif kr. Sepertihalnya tumbuh-tumbuhan dan hewan, maka F2 akan memperlihatkan
perbandingan 9:3:3:1. Tentu saja dalam kenyataanya akan sulit bahkan tidak
mungkin menemukan perbandingan itu, mengingat
bahwa jumlah anak dalam satu keluarga itu sangat sedikit.
E. UJISILANG (“TESTCROSS”) PADA DIHIBRID
Pada tanaman ercis dengan sifat-sifatnya mengenai bentuk dan
warna biij, diketahui bahwa :
B
= biji bulat K =
biji kuning
B = biji keriput k = biji hijau
Jika tanaman
berbiji bulat-kuning homozigotik (BBKK) disilangkan dengan tanaman berbiji
keriput-hijau (bbkk), maka tanaman F1 merupakan dihibrid berbiji bulat-kuning.
Pada waktu dilakukan uji silang pada tanaman dihibrid ini didapatkan keturunan
dengan perbandingan 1:1:1:1. (gambar 1-18).
P ♀ BBKK x ♂ bbkk
Bulat-kuning
keriput-hijau
F1 BbKk
bulat-kuning
Uji
silang : ♀ BbKk x ♂ bbkk
Bulat-kuning keriput-hijau
G ♀
: BK, Bk, bK, bk ♂
: bk
F2 BbKk
= bulat-kuning (25%)
Bbkk =
bulat-hijau (25%)
bbKk =
keriput-kuning (25%)
bbkk = keriput-hijau (25%)
Perbandingan 1:1:1:1
Gambar 1-18.
F. PERHITUNGAN MATEMATIKA
Dari
penjelasan sebelumnya dapat disusun beberapa rumus untuk diterapkan pada
berbagai kejadian, seperti :
1. Meramal
banyaknya macam gamet yang dapat dibentuk hibrid.
Untuk
tujuan ini digunakan rumus
.
Angka
2 menunjukan bahwa pada setiap pasang alel akan terjadi dua macam gamet,
sedangkan n menunjukan jumlah pasangan alel atau banyaknya sifat beda. Jadi :
-
Monohibrid (Aa) menghasilkan
=
=
2 macam gamet(A dan a)
-
Dihibrid (AaBb) menghasilkan
=
=
4 macam gamet (AB, Ab, Ab, ab) berapa macam gamet akan dibentuk oleh individu
yang mempunyai genotip AaBBCcDdEEffGg? Jawabnya:
=
16 macam gamet.
2. Meramal
banyaknya kombinasi dalam F2 ;
Digunakan
rumus
)2. Jadi :
-
Perkawinan monohibrid (Aa x Aa)
menghasilkan (
)2 = (
)2 = 4 kombinasi, ialah AA, Aa, Aa, aa.
-
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb)
menghasilkan (
)2 = (
)2= 16 kombinasi.
3.
Meramal banyaknya fenotip dalam F2
Digunakan rumus
.
Jadi :
-
Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan
=
= 2 fenotip yang dinyatakan oleh A dan a.
-
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan
=
= 4 fenotip yang dinyatakan oleh AB, Ab, aB, dan ab.
4.
Meramal banyaknya individu yang genotip dan fenotipnya persis
hibridnya. Digunakan rumus
.
Jadi:
-
Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan
=
= 2 individu yang persis hibridnya, ialah Aa
dan Aa.
-
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan
=
= 4 individu yang persis hibridnya.
5.
Meramal banyaknya individu yang homozigotik.
Digunakan rumus
,
jadi:
-
Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan
=
= 2 individu homozigot.
-
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan
=
= 4 individu homozigot.
6.
Meramalkan banyaknya kombinasi baru yang homozigotik.
Digunakan rumus
- 2. Jadi :
1.
Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 0 kombinasi baru
yang homozigotik.
2.
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan
– 2 =
-
2 = 2 kombinasi baru yang homozigotik yaitu Aabb dan aaBB.
7.
Meramal banyaknya macam genotip dalam F2.
Digunakan rumus
,
jadi :
-
Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan
=
= 3 macam genotip, ialah AA, Aa, dan aa.
-
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan
=
= 9 macam genotip, ialah AABB, AABb, AaBB,
AaBb, Aabb, Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb.
Ramalan – ramalan tersebut di atas
yang didasarkan atas rumus tertentu dapat dipersingkat dengan tabel 1-1.
Banyaknya sifat beda
|
Macamnya gamet dari F1
|
Banyaknya kombinasi dalam F2
|
Banyaknya fenotip dalam F2
|
Banyaknya kombinasi persis F1
|
Banyaknya kombinasi homozigotik
|
Banyaknya kombinasi baru yang
homozigot
|
Banyaknya macam genotip dalam F2
|
1
2
3
4
n
|
2
4
8
16
|
4
16
64
256
(
)2
|
2
4
8
16
|
2
4
8
16
|
2
4
8
16
|
0
2
6
14
-2
|
3
9
27
81
|
Tabel 1-1 . Hubungan antara banyaknya
sifatbeda, gamet, kombinasi F2, fenotip F2 , genotip F2 apabila tersapat
dominasi.
BAB III
KESIMPULAN
Persilangan
dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua sifat beda. Persilangan
dihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3
: 3 : 1 yang merupakan bukti berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum
Pengelompokkan Gen secara Bebas (The Law Independent Assortment of Genes).
Pada
semidominansi (artinya dominasi tidak tampak penuh, sehingga ada sifat
intermediet) perkawinan dihibrid akan mengahasilkan keturunan dengan
perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1.Sedangkan uji silang pada tanaman dihibrid
didapatkan keturunan dengan perbandingan 1:1:1:1.
Adapun
beberapa rumus untuk diterapkan pada berbagai kejadian, yaitu :
1) Meramal
banyaknya macam gamet yang dapat dibentuk hibrid, digunakan rumus
.
2) Meramal
banyaknya kombinasi dalam F2, digunakan rumus
)2 .
3)
Meramal banyaknya fenotip dalam F2, digunakan rumus
.
4)
Meramal banyaknya individu yang genotip dan fenotipnya persis
hibridnya, digunakan rumus
.
5)
Meramal banyaknya individu yang homozigotik, digunakan rumus
.
6)
Meramalkan banyaknya kombinasi baru yang homozigotik,
digunakan rumus
– 2.
7) Meramal banyaknya macam genotip dalam
F2, digunakan rumus
.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus.
2008. Persilangan Dihibrid. (online).
http://
erikarianto. wordpress. com/ 2008/ 01/07/ persilangan- dihibrid/. Diakses 5
Maret 2013
Anonimus.
2012. Laporan Dihibrid. (online). http://
raniguad. wordpress. com/ 2012/ 07/ 01/ laporan- dihibrid/. Diakses 8 Maret
2013
Anonimus. (online). http:// dc436. 4shared. com/ doc/ E0eTu3oN/
preview. Html. Diakses 8 Maret 2013
Suryo.
2008. Genetika. Yogyakarta : UGM
Press
No comments:
Post a Comment