PANDUAN PEMBAYARAN UTBK TLMPT 2022 MELALUI SMS BANKING MANDIRI

 Pembayaran biaya UTBK LTMPT 2022 melalui Bank Mandiri dapat dilakukan pada channel Mandiri SMS Banking di seluruh wilayah Indonesia. Panduan pembayaran melalui Bank Mandiri dapat dilakukan sebagai berikut


1) Ketik *141*6# kemudian pilih kode 4. Bayar. 

2) Pilih kode 99. Pembayaran Berikutnya. 

3) Pilih kode 2. Pendidikan.



4) Pilih 99.Kode Berikutnya sampai kode 31. LTMPT. 

5) Pilih kode 31. LTMPT. 

6) Masukkan Kode Bayar (8 digit angka)


7) Masukkan NISN (10 digit angka). 
8) Ketik PIN SMS Banking Mandiri. 
9) Transaksi SMS Banking Mandiri selesai




PANDUAN PEMBAYARAN UTBK TLMPT 2022 MELALUI ATM BANK MANDIRI

 Pembayaran biaya UTBK LTMPT 2022 melalui Bank Mandiri dapat dilakukan pada channel Mandiri ATM di seluruh wilayah Indonesia. Panduan pembayaran melalui Bank Mandiri dapat dilakukan sebagai berikut.


1) Setelah memasukkan PIN ATM, pilih menu BAYAR kemudian pilih menu PENDIDIKAN.


2) Masukkan Kode Institusi UTBK LTMPT 2022 yaitu 10000.


3) Masukkan Kode Bayar (8 digit angka) dan NISN (10 digit angka) yang tercetak pada slip pembayaran UTBK yang diperoleh setelah melakukan pendaftaran.




4) Pilih Item Pembayaran UTBK LTMPT 2022, ketik nomor urut 1 yang ada di bagian kiri. Jika sudah benar, pilih YA

5) Pada menu Konfirmasi Pembayaran, cek kembali detail pembayaran (terutama Kode Bayar dan NISN), bila sudah benar pilih YA. Pastikan muncul tulisan Transaksi Sukses pada layar dan keluar struk ATM sebagai bukti sah pembayaran.




6) Transaksi telah selesai kemudian cetak STRUK/RESI





LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF “MENANAMKAN BUDAYA POSITIF PADA SISWA”

 

LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

“MENANAMKAN BUDAYA POSITIF PADA SISWA”

Oleh Pujo Duryat, M.Pd

CGP. Kab. Way Kanan Angkatan 4

 

1.     Latar Belakang

Pada umumnya banyak orang yang salah dalam memaknai kata disiplin. Disiplin diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang sesuai dengan aturan yang ada. Jika disiplin diartikan demikian maka apabila tidak ada aturan maka seseorang akan sembarangan dalam bertindak dan berprilaku. Padahal sejatinya makna dari disiplin itu bukan pada taatnya seseorang dengan sebuah aturan, melainkan seseorang dikatkan disiplin apabila ia mempercayai nilai kebijakan universal yang ada. Sebagai contoh saat waktu istirahat selesai apabila siswa paham akan makna disiplin maka ia akan menghargai waktu dan segera masuk ke kelas untuk melanjutkan belajar. Sebaliknya apabila siswa tidak mempercayai nilai kebijakan universal maka ia akan masuk kelas dengan terpaksa karena takut dapat tegur guru piket dan guru yang mengajar di kelas.

Motivasi ektrinsik menjadi pengaruh terkuat dalam menciptakan kesadaran dalam menerapkan disiplin siswa akan bertindak atas dasar reward and punishment. Maka dari itu mengubah disiplin menjadi kata disiplin positif serta menerapkan dan mengembangkan merupakan obat yang mujarab dalam upaya membelajarkan kepada siswa untuk memaknai nilai kebijakan universal bukan hanya semata takut akan hukuman.

Disiplin positif di sekolah akan mengubah pola pikir dan prilaku siswa yang bertindak hanya karena hadiah dan menjauhi hukuman, menjadi pola pikir dan bertindak yang dilakukan tanpa paksaan dan enjoy. Untuk itu perlu dikembangkan komunikasi yang apik antara guru , siswa, dan masyarakat sekolah. Warga sekolah, khususnya siswa dididik untuk memahami nilai kebijakan universal seperti tanggung jawab, saling menyayangi, saling menghormati, menghargai perbedaan, serta nilai-nilai kebijakan universal lainnya. Pemahaman yang matang akan nilai kebijakan universal ini, akan membantu siswa dalam memilih tindakan yang tepat.

Untuk itu dibutuhkan upaya yang konsisten dalam menumbuhkan kesadaran, dan menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri siswa. Budaya positif dan disiplin positif sekolah yang sudah ada dapat tumbuh dan berkembang menjadi karakter semua warga sekolah.

 

2.     Deskripsi Aksi Nyata

Mengubah disiplin sekolah menjadi disiplin positif sekolah tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja seperti wali kelas atau guru mata pelajaran, melainkan seluruh masyarakat sekolah. Membiasakan seluruh masyarakat sekolah untuk mengimani nilai kebijakan universal serta menerapkan dan diaktualisasikan dalam sebuah tindakan menjadi kunci dalam menciptakan disiplin positif sekolah. Apabila nilai kebijakan universal sudah diimani oleh seluruh masyarat sekolah, maka dapat diartikan bahwa tindakan yang dilakukan berasal dari pengaruh instrinsik.

Pengaruh intrinsik yang mendominasi akan mengarah pada terbentuknya disiplin positif sekolah, serta membentuk budaya positif di sekolah yang pada akhirnya siswa akan menjadi pribadi yang positif sesuai profil pelajar pancasila “beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, kemandirian, bernalar kritis, kreatif, bersifat kebhinekaan, dan bergotong royong”. Teguran dan hukuman serta hadiah bukan lagi menjadi faktor utama siswa melakukan tindakan baik, tetapi lebih kepada siswa melakukan tindakan baik karena itu positif sesuai dengan nilai kebijakan universal yang diimani.

Bentuk kerja sama yang apik antara guru, siswa, kepala sekolah, tenaga kependidikan, serta komite disertai kecapakan dalam mengembangkan dan mengontrol sikap siswa dengan menerapkan segitiga restitusi akan membantu menciptakan kondisi sekolah yang kondusif. Terlebih saya mengikuti diklat pendidikan calon penggerak ini sehingga saya mendapatkan banyak pemahaman baru yang dapat membantu menciptakan kondisi sekolah yang diinginkan.

Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa memberikan ruang dan waktu yang luas untuk siswa dalam mengeksplor kemampuannya dan guru mengarahkan serta mempertajam nilai positif pada siswa saat belajar. Selian itu tindakan nyata lain yang dilakukan dalam mewujudkan visi sekolah ialah menularkan kebiasaan baik kepada warga sekolah khususnya siswa dalam membangun budaya positif dengan cara menguatkan apa yang sudah menjadi budaya dan iklim baik di sekolah, mempertajam kekuatan positif , dan menyamarkan yang hal-hal yang bersifat stagnan.

Upaya dalam mempertajam nilai positif pada siswa dimulai dari kelas. Kelas menjadi laboratorium kecilnya sekolah dalam melakukan banyak eksperimen pendidikan. Mendekati dan bertinteraksi dengan siswa dikelas menjadi langkah awal dalam menumbuhkan disiplin positif sekolah. Bertukar pendapat mendengarkan keluahan sera harapan siswa menjadi dasar guru dalam melakukans sebuah tindakan. Guru menjadikan hal ini sebagai bahan refleksi dalam melakukan praktik pembelajaran di kelas.

Kegiatan interaksi antara guru dan siswa selain memberikan banyak informasi serta menumbuhkan kedekatan siswa dan guru, maka juga dapat melatih kemampuan siswa menghargai, menghormati, percaya diri serta komunikasi. Budaya positif di kelas yang diterapkan seperti senyum, salam, sapa, sopan dan santun, menghargai keberagaman, menghargai pendapat teman, serta menghargai waktu.

Berikut linimasa tindakan yang dilakukan untuk menumbuhkan disiplin positif sekolah;

1.      Melakukan kolaborasi dengan masyarat sekolah;

2.      Melakukan kolaborasi dengan orang tua dan komite;

3.      Menyiapkan kurikulum;

4.      Melaksanakan kurikulum;

5.      Melakukan evaluasi dan refleksi;

6.      Membimbing, melatih, dan memberdayakan disiplin positif pada siswa;

7.      Menularkan pemahaman mengenai konsep dan cara menumbuhkan disiplin positif dengan rekan seprofesi di sekolah dan luar sekolah; dan

8.      Mengajak rekan seprofesi mengubah pandangan disiplin dengan ancaman dan hadiah ke bentuk disiplin positif dimana siswa melakukan atas dasar kesadaran akan nilai kebijakan universal yang diyakini.

Aksi nyata yang dilakukan saya sebagai guru penggerak dalam hal berkolaborasi dengan masyarakat sekolah ialah melakukan pemantauan atas tindakan yang dilakukan oleh siswa. Saat di kelas saya mendapati siswa malakukan hal kurang baik dan tidak sesuai kesepakatan kelas maka tindakan saya ialah menegur dan melakukan restitusi dengan mengajak wali kelas untuk membantu mempertajam keyakinan kelas yang sebelumnya sudah diimani “mengikuti pembelajaran dengan baik dan sampai waktu belajar selesai”. Selain dengan wali kelas upaya lain yang dilakukan untuk menumbuhkan disiplin positif yang saya lakukan ialah berkolaborasi dengan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Kami melakukan sharing informasi mengani track record siswa yang saya didik guna menambah pemahaman saya akan karakteristik siswa. Lebih lanjut juga menghadirkan orang tua untuk mendiskusikan perkembangan siswa yang bertindak sessuai keyakinan kelas.

Kegiatan lain selain melakukan kolaborasi dengan masyarakat sekolah, saya menyiapkan kurikulum serta menerapkan kurikulum dan melakuikan evaluasi serta refleksi berdasarkan penerapan kurikulum. Mendengarkan keluhan, keinginan, harapan siswa di kelas yang saya ajar menjadi salah satu tindakan yang saya lakukan untuk menggali informasi akan posisi siswa.

Menularkan pemahaman dan membahas akan konsep yang didapat dari diklat pendidikan guru penggerak juga sering saya lakukan dengan masyarat sekolah terkhusus dengan rekan sesame peserta diklat di sekolah. Diskusi bukan hanya soal tugas melainkan membahas fakta di lapangan dan menghubungkan dengan tindakan apa yang seharusnya kami lakukan sesuai yang dipelajari. Selain itu juga, saya melakukan sharing ilmu dengan rekan seprofesi diluar lingkungan sekolah.

 

3.     Hasil dari Aksi Nyata

Setelah menerapkan aksi nyata dalam upaya menciptakan disiplin positif yang berujung pada terbentuknya budaya positif banyak macam reaksi yang ditimbulkan. Seperti siswa mulai membiasakan diri mengaktualisasikan tindakan lebih positif tanpa unsur paksaan, siswa memahami akan posisi dan konsekuensi atas tindakan yang tidak sesuai dengan nilai kebijakan universal yang diimani, siswa lebih menghargai waktu, menghormati sesama, saling menyayangi serta menjaga hubungan baik dengan rekan di sekolahnya. Reaksi lain dari penerapan aksi nyata ialah kemampuan saya dalam mengontrol siswa semakin berkembang serta komunikasi saya dengan wali kelas semakin intens untuk mewujudkan pribadi siswa yang positif. Respons lain yang ditimbulkan dari penerapan aksi nyata ialah siswa merasa diperhatikan dan dihargai pendapatnya, siswa merasa diakui keberadaannya dalam belajar.

            Selain respons positif yang ditimbulkan dari penerapan aksi nyata, masih terdapat siswa yang belum memahami makna disiplin positif sehingga faktor utama menerapkan disiplin hanya karena takut dihukum dan takut tidak dapat hadiah.

 

4.     Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan

Pada dasarnya implementasi untuk menciptakan disiplin positif di kelas saya khususnya dan di sekolah tempat saya bertugas umumnya belum terlaksana seratus persen. Banyak hal yang perlu dilakukan dengan ajeg. Kondisi ini terbentur karena saat itu ada agenda libur semester dan beberapa kegiatan penilaian akhir semester. Namun hal ini tidak menjadi penghalang bagi saya untuk terus memupuk disiplin positif tidak hanya di kelas saya mengajar tetapi juga diluar kelas. Saat itu saya ditugaskan menjadi pengawas ujian akhir semester untuk kelas XII. Seperti biasanya saya sebelum memulai membagikan kertas soal dan lembar kertas untuk menulis jawaban di sana, saya menyampaikan beberapa kesepakatan salah satunya “siswa dengan antusias mengerjakan soal dan menjawab sepenuh hati sesuai kemampuan masing-masing”.

Tiba saatnya ujian dilakukan, saya mendapati ada peserta yang dengan sengaja mencontek jawaban dari tulisan kecil yang ada di papan ujian yang ia bawa. Kondisi ini menarik perhatian, akhirnya saya memutuskan untuk menyikapinya. Saya tidak menunjuk peserta ujian yang melakukan kecurangan itu, tetapi saya menyampaikan kembali keyakinan kelas yang sudah disepakati bersama sebelum kertas soal dan lembar jawaban dibagikan. Peserta ujian memperhatikan apa yang saya sampaikan dan kembali mengerjakan soal. Kemudian saya mendekati peserta ujian yang melakukan kecurangan tersebut dan meminta papan ujian dan saya ganti dengan buku kosong.

Pada saat waktu ujian selesai, saya memanggil kembali peserta ujian yang melakukan tadi, saya ajak ngobrol dari mulai namanya siapa?, kelas berapa?, jurusan apa? Lalu selanjutnya, saya menanyakan atas apa yang dilakukan saat ujian berlangsung. Peserta ujian awalnya meyampaikan pembenarannya bahwa “saya belum lihat lo Pak, belum sempat lihat”. Disitu saya merespons dari apa yang disampaikan “Nak tadi bapak sudah menyampaikan kesepakatan kelas, masih ingatkah apa kesepakatan kelasnya?. Ia menjawab “siswa dengan antusias mengerjakan soal dan menjawab sepenuh hati sesuai kemampuan masing-masing”. “Nah dari kalimat itu sampean paham tidak maskudnya?”. Ia menjawab ia pak seharusnya saya menjawab soal sesuai kemampuan saya”. Kemudian saya menguatkan “ia nak untuk itu perlu diingat bahwa tindakan tersebut tidak benar ya, jujur itu utama pegang teguh kejujuran itu, insyallah akan berbuah manis. Saya memberikan pertanyaan kembali ke siswa tersebut “selanjutnya apa yang akan kamu lakukan, setelah menyadari bahwa yang dilakukan tadi keliru?”. Siswa menjawab “saya akan mengubah cara saya bertindak, dan mohon maaf jika saya keliru tadi Pak”. Saya menjawab “ia nak alhamdulilah, sama-sama. Yowes selamat istirahat dan diingat ya pesan saya tadi!. Siswa menjawab “baik pak”.

            Berdasarkan aksi nyata yang saya lakukan ini, pembelajaran berharga yang saya dapatkan ialah, saya belajar mendengarkan pendapat peserta ujian, saya menghargai keberadaannya serta melatih emosional untuk bagaimana menyelesaikan sebuah masalah tanpa marah-marah. Justru luangkan waktu sejanak untuk mengobrol dan disana sampaikan pesan-pesan positif dan penguatan positif yang bisa ditiru serta diaktualisasikan pada diri siswa. Intinya ialah saya semakin semangat mengimplementasikan ilmu dan pemahaman saya tentang bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan disiplin positif siswa di sekolah.

 

5.     Rencana Perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

Rencana tindak lanjut yang dilakukan untuk menciptakan disiplin positif di sekolah ialah saya akan terus ajeg berupaya menumbuhkan disiplin positif dengan berkolaborasi bersama wali kelas, wakasis, serta masyarakat sekolah. Selain itu saya berkeinginan untuk meluangkan waktu lebih banyak supaya dapat menyelami dan memperhatikan karakter peserta didik/siswa. Saya sadar bahwa waktu satu semester belum cukup untuk menciptakan disiplin positif pada diri siswa. Rencana lain yang saya akan lakukan ialah menularkan apa yang saya dapatkan kapada rekan seprofesi khususnya di lingkup sekolah khususnya dan umumnya lingkup luar sekolah.

Upaya lain yang akan dilakukan, saya mempertajam pemahaman dan keilmuan saya tentang teori-teori pemenuhan kebuhutan serta cara menyikapi berbagai macam tindakan yang diaktulisasikan siswa di kelas dan di sekolah.

 

6.     Dokumentasi

            Berikut dokumentasi dari penerapan budaya positif di kelas, dapat dilihat pada Gambar A dan B.


 

Gambar A

Gambar B

 Gambar A dan B menunjukan aktifitas yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Gambar A siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan hardware yang ada dan siswa bersama-sama dengan kelompoknya menyelesaikan pekerjaan dengan antusias dan fokus. Gambar B menunjukkan aktifitas siswa dan guru yang sedang terlibat dalam kegiatan sharing; tukar pendapat dan pemahaman serta menyampaikan harapan serta keinginan siswa secara bergantian.

CARA CEK ID PELANGGAN PLN MASUK DALAM DAFTAR PENERIMA KOMPENSASI


Asalamualaikum Wr. Wb.


Kali ini admin akan memberikan penjelasan kepada saudara semuanya cara melihat status ID pelanggan PLN kita, Apakah ID pelanggan masuk  dalam daftar penerima kompensasi dalam bentuk pembebasan tagihan listrik bagi pelanggan dengan daya 450 VA dan kompensasi dalam bentuk pengurangan tagihan listrik kepada pelanggan dengan daya 900 VA bersubsidi (Sesuai data terpadu kesejahteraan sosial). Langsung saja admin jelaskan caranya. 

1. Bapak/Ibu masuk ke google chrome, ketikkan pada baris pencarian dengan https://layanan.pln.co.id/infopsbb.html


2. Maka akan tampil pada layar HP Bapak/Ibu seperti gambar di bawah ini.

Pilih identitas pelanggan yaitu NOMOR METERAN ATAU IDPEL. Masukkan ID pelanggan/NO METERAN Bapak/Ibu pada kotak yang ditunjukkan oleh panah, kemudian klik tombol cari.


3. Setelah Klik tombol cari maka akan ada dua kemungkinan hasil pencarian, pertama bahwa ID pelanggan masuk dalam daftar dan yang ke dua ID pelanggan tidak masuk dalam daftar. Admin memberika contoh dua  hasil pencarian dengan ID pelanggan yang berbeda dan hasilnya berbeda. 

Gambar Menunjukkan Bahwa ID Masuk dalam Daftar



Gambar Menunjukkan Bahwa ID Belum Tersedia dan Tunggu Sampai dengan 11 April 2020 Biasanya tagihan muncul tgl 20an


Terimakasih 
Wassalamualaikum Wr.Wb.



BAHAN AJAR

Konsep bahan ajar dalam kajian ilmiah menurut National Center for Competency Based Training memiliki arti segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis (Prastowo, 2018). Bahan ajar juga diartikan sebagai seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan untuk peserta didik belajar. Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar (Depdiknas, 2008) yang dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. 

Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan. Menurut Akdeniz et all (2016) mengajar adalah interaksi antara mengajar dan belajar; hal ini dapat terjadi dengan cara adanya interaksi dalam presentasi atau diskusi yang disiapkan  dan membuat siswa mempertimbangkan berbagai sudut pandang, menggunakan berbagai pendekatan dan memberi solusi dengan latihan berinteraksi. Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu: Books can be used as reference material, or they can be used as paper weights, but they cannot teach. Buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot (Depdiknas, 2008).

Lebih lanjut Depsiknas (2008) menyebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai (a) pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa, (b) pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya dan (c) alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. 


Karakteristik Bahan Ajar

Bahan ajar yang baik berisikan substansi yang memadai dan disajikan secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Bahtiar, 2015). Substansi bahan ajar yakni harus sesuai dengan kurikulum yang meliputi aspek tujuan/kompetensi yang akan dicapao, metoda dan penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Daryanto (2013) bahan ajar yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :

a. Subtansi yang dibahas harus sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
b. Substansi yang dibahas harus benar, lengkap dan aktual, meliputi konsep fakta, prosedur, istilah dan notasi serta disusun berdasarkan hirarki/step penguasaan kompetensi
c. Tingkat keterbacaan, baik dari segi kesulitan bahasa maupun substans harus sesuai dengan tingkat kemampuan pembelajaran
d.  Sistematika penyusunan bahan ajar harus jelas, runut, lengkap dan muda dipahami.

Perencanaan Pengembangan Bahan Ajar

Penyusunan bahan ajar, baik untuk proses instruksional jarak jauh maupun langsung adanya tatap muka antara pendidik dengan peserta didik merupakan sebuah ciri dari sebuah sistem instruksional. Bahan ajar harus disusun berdasarkan rencana kegiatan belajar mengajar yang telah ditetapkan. Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan peserta didik (Prastowo, 2018). 



A. Analisis Kebutuhan Untuk Bahan Ajar

Berdasarkan panduan pengembangan Bahan Ajar yang diterbitkan Depdiknas (2008) untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, diperlukan analisis terhadap SK-KD, analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan ajar. Analisis yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut:
1)      Analisis SK-KD
Analisis SK-KD dilakukan untuk menentukan kompetensi-kompetensi mana yang memerlukan bahan ajar. Dari hasil analisis ini akan dapat diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan dalam satu semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih. Berikut diberikan contoh analisis SK-KD untuk menentukan jenis bahan ajar.

2)      Analisis Sumber Belajar
Analisis dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya. Caranya adalah menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan.
3)      Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar
Pemilihan dan penentuan bahan ajar bertujuan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Berdasarkan hal tersebut diharapkan bahan ajar yang dibuat sesuai dengan kompetensi dasar dan kebutuhan peserta didik.  Jenis dan bentuk bahan ajar ditetapkan atas dasar analisis sebelumnya.
b.      Penyusunan Bahan Ajar Cetak
Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan siswa (LKS), modul, brosur, Foto/Gambar. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar yaitu: judul atau materi yang disajikan sesuai KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, selain itu harus memperhatikan beberapa hal berikut:
1)        Susunan tampilan, meliputi: urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
2)        Bahasa yang mudah, meliputi: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
3)        Menguji pemahaman, meliputi: check list pemahaman.
4)        Stimulan, meliputi: tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.
5)        Kemudahan dibaca, meliputi: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
6)        Materi instruksional, meliputi: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).

c.       Evaluasi Pengembangan Bahan Ajar
Setelah penyusunan bahan ajar telah selesai, tahap selanjutnya adalah evaluasi terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan bahan ajar. Teknik evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi oleh validator ahli, evaluasi oleh guru yang bersangkutan, uji coba produk/uji lapangan. Teknik tersebut dilakukan sebelum bahan ajar dipublikasi. Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan (Depdiknas, 2008).
1)       Komponen kelayakan, antara lain:
·         Kesesuaian dengan SK, KD
·         Kesesuaian dengan perkembangan anak
·         Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
·         Kebenaran substansi materi pembelajaran
·         Manfaat untuk penambahan wawasan
·         Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial
2)      Komponen Kebahasaan, antara lain:
·         Keterbacaan
·         Kejelasan informasi
·         Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
·         Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)
3)      Komponen Penyajian antara lain:
·         Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
·         Urutan sajian
·         Pemberian motivasi, daya tarik
·         Interaksi (pemberian stimulus dan respon)
·         Kelengkapan informasi
4)      Komponen Kegrafikan antara lain:
·         Penggunaan font; jenis dan ukuran
·         Lay out atau tata letak
·         Ilustrasi, gambar, foto
·         Desain tampilan
Menurut Paulina dan Purwanto (1997) Secara umum ada tiga cara dalam penyusunan bahan ajar yaitu starting from scratch, text transformation dan compilation.
a.       Penulisan dari awal (starting from scratch)
            Penulisan dari awal (starting from scratch) disusun oleh Tim pengembangan bahan ajar yang telah mempunyai kepakaran dalam bidang ilmu terkait, telah mempunyai kemampuan menulis dan mengerti kebutuhan peserta didik. Kepakaran dalam bidang ilmu diharapkan mampu meningktakan kemampuan dari penetahuan peserta didik, misalnya hasil penelitia dari anggota tim, tulisan atau artikel yang telah dinuat disebuah jurnal dari anggita tim yang tentunya harus relevan dengan tujuan instruksional.
b.      Text transformation
            Kemajuan bidang penelitian dan perkembangan teknologi memberikan kesempatan keda tim pengembang bahan ajar untuk memanfaatkan informasi yang telah ada. Misalnya buku teks, artikel jurnal, internet dll. Informasi tersebut dikumpulkan berdasarkan kebutuhan yang diinginkan yang tentunya sesuai dengan tujuan instruksional dan rencana kegiatan belajar mangajar.
c.       Compiltion
            Kompolasi (compilation) atau penaataan informasi adalah pengembangan bahan ajar yang dikumpulkan dari berbagai sumber informasi, baik dari penelitian sendiri atau ditulis sendiri dengan mengabungkan berbagain informasi yang telah diperoleh dari berbagai sumber.

Daftar Rujukan

Prastowo, A. 2018. Sumber Belajar & Pusat Sumber Belajar: Teori dan Aplikasinya di Sekolah/ Madrasah.  Depok: Prenadamedia Group

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan pengembangan bahan ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Akdeniz, C. bacanli, H. Baysen, E. Cakmak, M. Celikoz, N. Dogruer, N. Eristi, B. Erisen, Y. Eyyam, R. Gundogdu, K. Karatas, E. Karatas, S. Kayabasi, Y. Kilic, D. Kurnaz, A. Menevis, I. Ozerbas, M.A. Ozu, O. Silman, F. Sunbul, A.M. Sahin, M. Tok, H. Yalin, H.I. 2016. Learning And Teaching: Theorie, Approaches and Models 2nd Edition. Turki: Cozum Egitim Yayincilik.


Bahtiar. Tri Effendi. Penulisan bahan ajar. Conference Paper. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor 

Daryanto. 2013. Menyusun Modul:Bahan Ajar untuk PersiapanGuru dalam Mengajar.Yogyakarta:Gava Media.


PANDUAN PEMBAYARAN UTBK TLMPT 2022 MELALUI SMS BANKING MANDIRI

 Pembayaran biaya UTBK LTMPT 2022 melalui Bank Mandiri dapat dilakukan pada channel Mandiri SMS Banking di seluruh wilayah Indonesia. Pandu...