LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
“MENANAMKAN
BUDAYA POSITIF PADA SISWA”
Oleh
Pujo Duryat, M.Pd
CGP.
Kab. Way Kanan Angkatan 4
1. Latar
Belakang
Pada umumnya banyak orang yang salah dalam memaknai kata
disiplin. Disiplin diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang sesuai
dengan aturan yang ada. Jika disiplin diartikan demikian maka apabila tidak ada
aturan maka seseorang akan sembarangan dalam bertindak dan berprilaku. Padahal
sejatinya makna dari disiplin itu bukan pada taatnya seseorang dengan sebuah
aturan, melainkan seseorang dikatkan disiplin apabila ia mempercayai nilai
kebijakan universal yang ada. Sebagai contoh saat waktu istirahat selesai
apabila siswa paham akan makna disiplin maka ia akan menghargai waktu
dan segera masuk ke kelas untuk melanjutkan belajar. Sebaliknya apabila siswa
tidak mempercayai nilai kebijakan universal maka ia akan masuk kelas dengan
terpaksa karena takut dapat tegur guru piket dan guru yang mengajar di kelas.
Motivasi ektrinsik menjadi pengaruh terkuat dalam
menciptakan kesadaran dalam menerapkan disiplin siswa akan bertindak atas dasar
reward and punishment. Maka dari itu
mengubah disiplin menjadi kata disiplin positif serta menerapkan dan
mengembangkan merupakan obat yang mujarab dalam upaya membelajarkan kepada
siswa untuk memaknai nilai kebijakan universal bukan hanya semata takut akan
hukuman.
Disiplin positif di sekolah akan mengubah pola pikir dan
prilaku siswa yang bertindak hanya karena hadiah dan menjauhi hukuman, menjadi
pola pikir dan bertindak yang dilakukan tanpa paksaan dan enjoy. Untuk itu perlu dikembangkan komunikasi yang apik antara
guru , siswa, dan masyarakat sekolah. Warga sekolah, khususnya siswa dididik
untuk memahami nilai kebijakan universal seperti tanggung jawab, saling menyayangi,
saling menghormati, menghargai perbedaan, serta nilai-nilai kebijakan universal
lainnya. Pemahaman yang matang akan nilai kebijakan universal ini, akan membantu
siswa dalam memilih tindakan yang tepat.
Untuk itu dibutuhkan upaya yang konsisten dalam menumbuhkan
kesadaran, dan menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri siswa. Budaya positif
dan disiplin positif sekolah yang sudah ada dapat tumbuh dan berkembang menjadi
karakter semua warga sekolah.
2. Deskripsi
Aksi Nyata
Mengubah disiplin sekolah menjadi disiplin positif sekolah
tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja seperti wali kelas atau guru mata
pelajaran, melainkan seluruh masyarakat sekolah. Membiasakan seluruh masyarakat
sekolah untuk mengimani nilai kebijakan universal serta menerapkan dan
diaktualisasikan dalam sebuah tindakan menjadi kunci dalam menciptakan disiplin
positif sekolah. Apabila nilai kebijakan universal sudah diimani oleh seluruh
masyarat sekolah, maka dapat diartikan bahwa tindakan yang dilakukan berasal
dari pengaruh instrinsik.
Pengaruh intrinsik yang mendominasi akan mengarah pada terbentuknya
disiplin positif sekolah, serta membentuk budaya positif di sekolah yang pada
akhirnya siswa akan menjadi pribadi yang positif sesuai profil pelajar
pancasila “beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, kemandirian, bernalar kritis,
kreatif, bersifat kebhinekaan, dan bergotong royong”. Teguran dan hukuman serta
hadiah bukan lagi menjadi faktor utama siswa melakukan tindakan baik, tetapi
lebih kepada siswa melakukan tindakan baik karena itu positif sesuai dengan
nilai kebijakan universal yang diimani.
Bentuk kerja sama yang apik antara guru, siswa, kepala
sekolah, tenaga kependidikan, serta komite disertai kecapakan dalam
mengembangkan dan mengontrol sikap siswa dengan menerapkan segitiga restitusi
akan membantu menciptakan kondisi sekolah yang kondusif. Terlebih saya
mengikuti diklat pendidikan calon penggerak ini sehingga saya mendapatkan
banyak pemahaman baru yang dapat membantu menciptakan kondisi sekolah yang
diinginkan.
Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa
memberikan ruang dan waktu yang luas untuk siswa dalam mengeksplor kemampuannya
dan guru mengarahkan serta mempertajam nilai positif pada siswa saat belajar. Selian
itu tindakan nyata lain yang dilakukan dalam mewujudkan visi sekolah ialah menularkan
kebiasaan baik kepada warga sekolah khususnya siswa dalam membangun budaya
positif dengan cara menguatkan apa yang sudah menjadi budaya dan iklim baik di
sekolah, mempertajam kekuatan positif , dan menyamarkan yang hal-hal yang
bersifat stagnan.
Upaya dalam mempertajam nilai positif pada siswa dimulai
dari kelas. Kelas menjadi laboratorium kecilnya sekolah dalam melakukan banyak
eksperimen pendidikan. Mendekati dan bertinteraksi dengan siswa dikelas menjadi
langkah awal dalam menumbuhkan disiplin positif sekolah. Bertukar pendapat
mendengarkan keluahan sera harapan siswa menjadi dasar guru dalam melakukans
sebuah tindakan. Guru menjadikan hal ini sebagai bahan refleksi dalam melakukan
praktik pembelajaran di kelas.
Kegiatan interaksi antara guru dan siswa selain
memberikan banyak informasi serta menumbuhkan kedekatan siswa dan guru, maka
juga dapat melatih kemampuan siswa menghargai, menghormati, percaya diri serta
komunikasi. Budaya positif di kelas yang diterapkan seperti senyum, salam, sapa, sopan dan santun, menghargai
keberagaman, menghargai pendapat teman, serta menghargai waktu.
Berikut linimasa tindakan yang dilakukan untuk menumbuhkan
disiplin positif sekolah;
1.
Melakukan kolaborasi
dengan masyarat sekolah;
2.
Melakukan kolaborasi
dengan orang tua dan komite;
3.
Menyiapkan kurikulum;
4.
Melaksanakan
kurikulum;
5.
Melakukan evaluasi dan
refleksi;
6.
Membimbing, melatih,
dan memberdayakan disiplin positif pada siswa;
7.
Menularkan pemahaman
mengenai konsep dan cara menumbuhkan disiplin positif dengan rekan seprofesi di
sekolah dan luar sekolah; dan
8.
Mengajak rekan
seprofesi mengubah pandangan disiplin dengan ancaman dan hadiah ke bentuk
disiplin positif dimana siswa melakukan atas dasar kesadaran akan nilai
kebijakan universal yang diyakini.
Aksi nyata yang dilakukan saya sebagai guru penggerak
dalam hal berkolaborasi dengan masyarakat sekolah ialah melakukan pemantauan
atas tindakan yang dilakukan oleh siswa. Saat di kelas saya mendapati siswa
malakukan hal kurang baik dan tidak sesuai kesepakatan kelas maka tindakan saya
ialah menegur dan melakukan restitusi dengan mengajak wali kelas untuk membantu
mempertajam keyakinan kelas yang sebelumnya sudah diimani “mengikuti
pembelajaran dengan baik dan sampai waktu belajar selesai”. Selain dengan wali
kelas upaya lain yang dilakukan untuk menumbuhkan disiplin positif yang saya
lakukan ialah berkolaborasi dengan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Kami
melakukan sharing informasi mengani track
record siswa yang saya didik guna menambah pemahaman saya akan
karakteristik siswa. Lebih lanjut juga menghadirkan orang tua untuk
mendiskusikan perkembangan siswa yang bertindak sessuai keyakinan kelas.
Kegiatan lain selain melakukan kolaborasi dengan
masyarakat sekolah, saya menyiapkan kurikulum serta menerapkan kurikulum dan
melakuikan evaluasi serta refleksi berdasarkan penerapan kurikulum.
Mendengarkan keluhan, keinginan, harapan siswa di kelas yang saya ajar menjadi
salah satu tindakan yang saya lakukan untuk menggali informasi akan posisi
siswa.
Menularkan pemahaman dan membahas akan konsep yang
didapat dari diklat pendidikan guru penggerak juga sering saya lakukan dengan
masyarat sekolah terkhusus dengan rekan sesame peserta diklat di sekolah.
Diskusi bukan hanya soal tugas melainkan membahas fakta di lapangan dan
menghubungkan dengan tindakan apa yang seharusnya kami lakukan sesuai yang
dipelajari. Selain itu juga, saya melakukan sharing ilmu dengan rekan seprofesi
diluar lingkungan sekolah.
3. Hasil
dari Aksi Nyata
Setelah menerapkan aksi nyata dalam upaya menciptakan
disiplin positif yang berujung pada terbentuknya budaya positif banyak macam
reaksi yang ditimbulkan. Seperti siswa mulai membiasakan diri
mengaktualisasikan tindakan lebih positif tanpa unsur paksaan, siswa memahami
akan posisi dan konsekuensi atas tindakan yang tidak sesuai dengan nilai
kebijakan universal yang diimani, siswa lebih menghargai waktu, menghormati sesama,
saling menyayangi serta menjaga hubungan baik dengan rekan di sekolahnya.
Reaksi lain dari penerapan aksi nyata ialah kemampuan saya dalam mengontrol
siswa semakin berkembang serta komunikasi saya dengan wali kelas semakin intens
untuk mewujudkan pribadi siswa yang positif. Respons lain yang ditimbulkan dari
penerapan aksi nyata ialah siswa merasa diperhatikan dan dihargai pendapatnya,
siswa merasa diakui keberadaannya dalam belajar.
Selain respons positif yang
ditimbulkan dari penerapan aksi nyata, masih terdapat siswa yang belum memahami
makna disiplin positif sehingga faktor utama menerapkan disiplin hanya karena
takut dihukum dan takut tidak dapat hadiah.
4. Pembelajaran
yang didapat dari pelaksanaan
Pada dasarnya implementasi untuk menciptakan disiplin
positif di kelas saya khususnya dan di sekolah tempat saya bertugas umumnya
belum terlaksana seratus persen. Banyak hal yang perlu dilakukan dengan ajeg.
Kondisi ini terbentur karena saat itu ada agenda libur semester dan beberapa
kegiatan penilaian akhir semester. Namun hal ini tidak menjadi penghalang bagi
saya untuk terus memupuk disiplin positif tidak hanya di kelas saya mengajar
tetapi juga diluar kelas. Saat itu saya ditugaskan menjadi pengawas ujian akhir
semester untuk kelas XII. Seperti biasanya saya sebelum memulai membagikan
kertas soal dan lembar kertas untuk menulis jawaban di sana, saya menyampaikan
beberapa kesepakatan salah satunya “siswa dengan antusias mengerjakan soal dan
menjawab sepenuh hati sesuai kemampuan masing-masing”.
Tiba saatnya ujian dilakukan, saya mendapati ada peserta yang
dengan sengaja mencontek jawaban dari tulisan kecil yang ada di papan ujian
yang ia bawa. Kondisi ini menarik perhatian, akhirnya saya memutuskan untuk
menyikapinya. Saya tidak menunjuk peserta ujian yang melakukan kecurangan itu,
tetapi saya menyampaikan kembali keyakinan kelas yang sudah disepakati bersama
sebelum kertas soal dan lembar jawaban dibagikan. Peserta ujian memperhatikan
apa yang saya sampaikan dan kembali mengerjakan soal. Kemudian saya mendekati
peserta ujian yang melakukan kecurangan tersebut dan meminta papan ujian dan
saya ganti dengan buku kosong.
Pada saat waktu ujian selesai, saya memanggil kembali
peserta ujian yang melakukan tadi, saya ajak ngobrol dari mulai namanya siapa?,
kelas berapa?, jurusan apa? Lalu selanjutnya, saya menanyakan atas apa yang
dilakukan saat ujian berlangsung. Peserta ujian awalnya meyampaikan
pembenarannya bahwa “saya belum lihat lo Pak, belum sempat lihat”. Disitu saya
merespons dari apa yang disampaikan “Nak tadi bapak sudah menyampaikan
kesepakatan kelas, masih ingatkah apa kesepakatan kelasnya?. Ia menjawab “siswa
dengan antusias mengerjakan soal dan menjawab sepenuh hati sesuai kemampuan
masing-masing”. “Nah dari kalimat itu sampean paham tidak maskudnya?”. Ia
menjawab ia pak seharusnya saya menjawab soal sesuai kemampuan saya”. Kemudian
saya menguatkan “ia nak untuk itu perlu diingat bahwa tindakan tersebut tidak
benar ya, jujur itu utama pegang teguh kejujuran itu, insyallah akan berbuah
manis. Saya memberikan pertanyaan kembali ke siswa tersebut “selanjutnya apa
yang akan kamu lakukan, setelah menyadari bahwa yang dilakukan tadi keliru?”.
Siswa menjawab “saya akan mengubah cara saya bertindak, dan mohon maaf jika
saya keliru tadi Pak”. Saya menjawab “ia nak alhamdulilah, sama-sama. Yowes
selamat istirahat dan diingat ya pesan saya tadi!. Siswa menjawab “baik pak”.
Berdasarkan aksi nyata yang saya
lakukan ini, pembelajaran berharga yang saya dapatkan ialah, saya belajar
mendengarkan pendapat peserta ujian, saya menghargai keberadaannya serta
melatih emosional untuk bagaimana menyelesaikan sebuah masalah tanpa
marah-marah. Justru luangkan waktu sejanak untuk mengobrol dan disana sampaikan
pesan-pesan positif dan penguatan positif yang bisa ditiru serta
diaktualisasikan pada diri siswa. Intinya ialah saya semakin semangat
mengimplementasikan ilmu dan pemahaman saya tentang bagaimana menumbuhkan dan
mengembangkan disiplin positif siswa di sekolah.
5. Rencana
Perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang
Rencana
tindak lanjut yang dilakukan untuk menciptakan disiplin positif di sekolah
ialah saya akan terus ajeg berupaya menumbuhkan disiplin positif dengan
berkolaborasi bersama wali kelas, wakasis, serta masyarakat sekolah. Selain itu
saya berkeinginan untuk meluangkan waktu lebih banyak supaya dapat menyelami
dan memperhatikan karakter peserta didik/siswa. Saya sadar bahwa waktu satu
semester belum cukup untuk menciptakan disiplin positif pada diri siswa.
Rencana lain yang saya akan lakukan ialah menularkan apa yang saya dapatkan
kapada rekan seprofesi khususnya di lingkup sekolah khususnya dan umumnya lingkup
luar sekolah.
Upaya lain yang akan dilakukan, saya mempertajam
pemahaman dan keilmuan saya tentang teori-teori pemenuhan kebuhutan serta cara
menyikapi berbagai macam tindakan yang diaktulisasikan siswa di kelas dan di
sekolah.
6. Dokumentasi
Berikut
dokumentasi dari penerapan budaya positif di kelas, dapat dilihat pada Gambar A
dan B.
Gambar B